PAPER
PRAKTIKUM
SOSIOLOGI PERTANIAN
“Desa
Bedali Ledok Dusun Bedali Sodok
Kecamatan Wagir Kota Malang”
Disusun
Oleh:
Amirul
Idayani 125040100111161
PROGRAM
STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN
SOSIAL EKONOMI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
MALANG
2012
A. Identifikasi Wilayah dan Petani
yang Menempati
Wagir
adalah sebuah kecamatan yang terletak antara koordinat 7o – 48o
– 30o Lintang selatan dan 112o – 19o – 30o
Bujur timur mempunyai bentuk wilayah sebagian datar, berombak dan
berbukit-bukit dengan kemiringan 25 % dan 49 % adalah kawasan hutan, dengan
suhu minimum 26o C dan suhu maximum 32o C dengan
rata-rata curah hujan 1.328 s/d 1.448 mm/tahun. Terdiri dari 12 desa dan beberapa
dusun yang tersebar jauh dari kecamatan. Salah satunya adalah desa Bedali Sodo
dan dusun Bedali Ledok yang merupakan lokasi pratikum Sosiologi Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya kelas E Agribisnis tahun angkatan 2012
melaksanakan penelitian dengan metode wawancara.
Untuk
itu pada hari Jumat, 7 Desember 2012 jam 10.54 angkot yang saya tumpangi
bersama 13 teman lainnya keluar dari pintu utama Gerbang Veteran menuju desa
tersebut. Jarak yang kami tempuh cukup jauh yaitu sekitar 20 kilometer ke arah
barat selatan dari pusat kota Malang.
Di
desa ini saya menemui seorang wanita paruh baya berumur 50 tahun, beliau
tinggal bersama suaminya Ngadi (53 tahun) , ke empat anaknya, seorang menantu
dan dua orang cucu. Meskipun usianya tidak muda lagi, rambutnya mulai memutih ,
garis kerutan di wajahnya mendominasi namun Saimah tetap terlihat cantik.
Tangannya besar dan kuat menandakan beliau adalah seorang pekerja keras. Tingkat
pendidikan hanya sampai Sekolah Dasar tapi beliau mampu berbahasa Indonesia
dengan baik. Pekerjaan utama beliau selain menjadi ibu rumah tangga adalah
menjual bunga mawar di pasar Tawangmangu setiap hari dan pekerjaan sampingan
menjadi petani. Bersama sang suami beliau mengolah lahan tegal 1,5 ha menjadi
produktif dan bermanfaat untuk keberlanjutan ekonomi keluarganya. Pekerjaan ini
telah berlangsung sejak 20 tahun lalu setelah kepindahannya ke dusun Bedali
Sodo. Keluarga bu Saimah tidak mempunyai sawah dan hewan ternak satu pun,
sehingga hasil pertanian lah yang menopang seluruh kebutuhan hidup.
B. Kebudayaan Petani
Lahan
tegal seluas 1,5 ha ini ditanami Bunga Mawar, Cengkeh, Jagung dan Kopi karena
hobi, kesesuaian lahan dan harga jualnya yang relatif lumayan tinggi. Hobi yang
dimaksud adalah kecocokkan pan Ngadi menanam tanaman, kebudayaan kecocokkan ini
sangat mempengaruhi pola pikir masyarakat Bedali Ledok. Setiap petani yakin
mereka mempunyai kecocokan tersendiri dalam menanam tanaman dan itu harus
ditaati agar tanaman yang mereka tanam produktif dan bermanfaat bagi dirinya
juga keluarganya.
Lahan
ini lebih sering ditanammi jagung karena kopi hanya berbuah setahun sekali dan
cengkeh yang ditanam belum menandakan hasil. Penanaman jagung dilakukan 2 kali
dalan satu tahun ketika musim hujan berlangsung karena lahan di daerah Bedali
Sodo merupakan lahan tadah hujan tanpa air hujan lahan akan kering dan tidak
bisa ditanami. Hasil budidaya jagung selain untuk dikonsumsi sendiri juga
dijual ke toko-toko terdekat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bunga mawar yang
setiap hari mekar dapat dijual kepasar untuk membantu memenuhi kebutuhan
sehari- hari dan kopi yang berbuah satu tahun sekali selain hasilnya dijual
juga dikonsumsi sendiri karena keluarga bu Saimah adalah pengkonsumsi kopi. Sedangkan,
untuk komoditi cengkeh belum memperoleh keuntungan karena cegkeh baru ditanam 4
tahun lalu. Cengkeh akan mulai berbuah setelah 6 - 7 tahun masa penanamannya.
Pengolahan
tanah yang dilakukan menggunkan alat yang sangat sederhana yaitu cangkul dan
sabit. Cangkul digunakan untuk mengemburkan tanah , membuat lubang tanaman, dan
sabit digunakan untuk menyiangi tanaman. Benih jagung yang digunakan merupakan
benih non sertifikat berasal dari hasil panen tanaman unggul sebelumnya dan
sertifikat berasal dari pembelian di toko atau gratis dari pemerintah kecamatan. Namun, beliau lebih sering
menggunakan benih non sertifikat karena lebih murah dan mudah didapat. Untuk
bibit cengkeh berasal dari Blitar dan ini harus dibeli di toko.
Tanaman
jagung, kopi , mawar dan cengkeh tidak membutuhkan persemaian karena dapat
langsung ditanam. Cara menanam jagung pertama tanah diolah dengan membalik-balikkan
tanah agar sirkulasi udara tanah terbentuk sehingga tanah mampu mengembalikan
unsur hara, alat cukup menggunakan cangkul. Kedua membuat lubang dengan jarak
antar lubang 50 cm. Menanam jagung terlalu rapat akan berdampak buruk bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung. Jagung tidak akan tumbuh subur
karena terjadi kompetisi dalam mendapatkan nutrisi atau unsur hara dan
kemungkinan salah satu tanaman yang kalah dalam kompetisi akan tumbuh kerdil. Ketiga
masukkan 2 biji jagung dalam setiap lubang, jangan terlalu banyak memasukkan
biji ke dalam lubang karena dapat berakibat fatal bagi tanaman jagung . Keempat,
Melakukan pemupukan 1 kali dalam masa penanaman dengan pupuk urea atau pupuk
kandang untuk menambah nutrisi tanaman. Kelima, Pembrantasan hama dan penyakit dengan peyemprotan namun
penyemprotan tidak perlu dilakukan bu Saimah karena hama tidak terdapat dalam
tanaman yang beliau tanam. Masa panen jagung ditentukan dengan waktu 3 bulan 10
hari, panen dilakukan dengan menebang tanaman jagung menggunakan sabit.
Cara
menanam cengkeh sangat mudah membuat lubang berukuran 75 x 75 x 75 cm dengan
jarak antar lubang 5 m, kemudian memasukkan bibit yang telah siap tanam
kelubang. Pemupukan dilakukan setahun 2 kali yang disebut dengan pembukaan dan penutupan
dengan pupuk urea dan pupuk kandang. Tanaman cengkeh akan tumbuh subur karena
daerah ini sangat cocok dengan tanaman cengkeh. Cara menentukan masa panen
setelah berumur 6 - 7 tahun bunga pohon cengkeh akan mekar. Memetik bunga
cengkeh tidak sembarang orang mampu karena pohonnya yang tinggi dan kecil sangat
rawan patah sehingga dibutuhkan keahlian kusus. Alat yang digunakan tangga dari bambu dan tali yang biasa disebut
tampar.
Cara
menanam kopi dan bunga mawar sama halnya dengan tanaman cengkeh membuat lubang
terlebih dahulu lalu biji kopi dimasukkan dan pada bunga mawar dengan cara
stek. Batang bunga mawar sebelumnya yang sudah tua dipotong dengan salah satu
ujung batang runcing untuk memudahkan akar menembus tanah. Tanaman kopi cukup
dipupuk setahun setelah ditanam. Ketika buah kopi berwarna merah itu tandanya
buah kopi siap untuk dipanen. Cara panennya dengan memetik buah kopi yang
masak. Sedangkan, bunga mawar mudah tumbuh sehingga tidak perlu dipupuk secara
intensif atau diberi jarak penanaman seperti jagung, cengkeh ataupun kopi.
Bunga mawar akan mekar setiap hari dan ini sangat menguntungkan bagi
penanamnya. Harga jual ketika musim kemarau lebih mahal sekitar 25 ribu dalam
satu bungkus kecil kresek merah dan ketika musim hujan 10 ribu. Dalam satu
pohon bisa dihasilkan lebih dari sepuluh bunga mawar.
Cara
bercocok tanam keempat komoditi tersebut di dapatkan bu Saimah sejak kecil dari
orang tuanya yang juga berprofesi sebagai petani, tetangga atau teman- temannya
ketika sedang bersama membicarakan masalah hasil panen dan cara bercocok tanam
yang baik dan penyuluhan pertanian yang disebut penghijauan dulu sering
dilakukan namun sekarang tidak pernah lagi. Metode bercocok tanam bu Siamah
sejak 20 tahun lalu tidak pernah berubah karena kebiasaan yang dilakukan
seperti itu dan cara menanamnya memang seperti itu.
C. Lembaga/Pranata Sosial Terkait
dengan Usahatani
Lahan
yang dikelola bu Siamah dan suaminya merupakan sah milik mereka yang dibeli
secara bertahap dari tahun ke tahun sejak 20 tahun lalu. Lahan ini mereka
kerjakan sendiri karena sistem sewa, bagi hasil (maro, mertelu, mrapat) tidak
jelas dan lebih sering merugikan ketika kesepakatan bagi hasil di hianati salah
satu pihak atau jika terjadi gagal penen akan merugika kedua belah pihak. Selain itu, dengan
mengolah lahannya sendiri keuntungan yang didapatkan lebih banyak.
Lembaga
yang melakukan fungsi penyediaan sarana produksi pertanian (benih/bibit, pupuk,
obat-obatan) adalah lembaga penghijaun yang ada di dusun tersebut. Terkadang
keluarga bu Siamah memanfaatkan jasa lembaga tersebut atau membeli sendiri di toko untuk
mendapatkan benih jagung dan pupuk urea. Sedangkan unutk bibit cengkeh ibu
Siamah membeli sendiri di toko yang menjual bibit dari Blitar.
Dalam melaksanakan fungsi pegelolaan lahan,
keluarga ibu Siamah terkadang menggunakan jasa tenaga kerja 1- 2 orang
terkadang dikejakan sendiri. Cara pembayaran tenaga kerja dengan uang, kerja
bakti atau gotong-royong sudah tidak terdapat lagi disini. Ada tiga cara sistem
pembayaran yang digunakan yaitu sistem harian, sistem setengah hari dan sistem
borongan. Pembayaran sistem setengah hari dibagi menjadi dua yaitu 1) jika
mendapatkan makanan dibayar 20 ribu rupiah, 2) jika tidak mendapatkan makanan
dibayar 25 ribu rupiah. Sistem harian jarang ditemui dan pada sistem borongan
harga ditentukan berdasarkan luasan lahan yang dikerjakan dan waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikannya. Cara sistem setengah hari itu yang digunkan keluarga bu
Saimah.
D. Lembaga yang dapat Melakukan Fungsi
Pengolahan Hasil Pertanian
Hasil
panen tanaman ada yang langsung dijual dan ada yang dikelolah terlebih dahulu
untuk meningkatkan harga jualnya. Hasil panen yang langsung dijual adalah bunga
mawar. Setelah dipetik harus segera dijual agar tidak layu, jika bunga terlalu
lama diluar ruangan terbuka tanpa air sedikitpun bunga akan mudah layu dan
menurunkan harga jualnya. Hasil panen jagung, cengkeh dan kopi untuk
meningkatkan nilai jual harus dikelola terlebih dahulu. Sistem pengolahan ini
dilakukan sendiri oleh keluarga ibu Siamah , setelah tanaman cengkeh, kopi
dipetik dan tanaman jagung ditebang. Buah tanaman-tanaman tersebut dijemur
sampai kering. Penjemuran kopi, jagung dan cengkeh sangat penting dilakukan
karena buah tersebut mudah busuk dan rusak. Selain itu, pedagang atau industri
pengolahan buah komoditi tersebut membutuhkannya dalam keadaan kering.
E. Lembaga Pemasaran Hasil Pertanian
(Cengkeh, Bunga Mawar, Jagung dan Kopi)
Hasil
pertanian dari lahan yang beliau kelola sebagian besar dikonsumsi dan dijual
kepasar. Komoditi jagung lebih dari 50 % dijual kepasar atau toko, komoditi
kopi sebagian besar dikonsumsi sendiri dan kurang dari 50 % dijual. Komoditi
kopi dan jagung dijual dalam bentuk kering setelah melewati proses pengeringan
dengan cahaya matahari. Sedangkan untuk komoditi bunga mawar 100 % dijual ke
pasar setelah pemetikan oleh bu Siamah sendiri di pasar Tawangmangu setiap
hari. Bunga mawar dijual dalam bentuk fresh.
Harga
pemasaran ditentukan oleh kedua belah pihak, bu Saimah dan pedagang setelah
terjadi kesepakatan. Cara pembayaran dilakukan langsung ketika terjadi
transaksi jual-beli.
F. Kelompok Tani/ Gabungan Kelompok
Tani
Di
dusun Bedali Ledok, sebenarnya terdapat sebuah kelompok tani yang disebut
Penghijauan namun banyak masyarakat tidak mengetahui bahwa penhijauan itu
adalah nama dari kelompok tani mereka. Termasuk bu Saimah ketika saya bertanya
tentang kelompok tani baliau menjawab tidak ada, adanya Penghijauan yang
diketuai oleh pak Herri. Gapoktani ini telah terbentuk beberapa tahun lalu.
Kegiatan
yang sering dilakukan adalah penanaman pohon tahunan di tepi jalan, peminjaman
kredit modal usaha tani, pembagian bibit dan penyuluhan pertanian yang sekarang
jarang dilakukan. Keluarga bu Saimah tergabung dalam Penghijauan dan berperan aktif
dalam kelompok ini.
G. Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA)
HIPPA
tidak terdapat di dusun ini karena belum ada sistem irigasi dan belum ada
penampungan air skala besar yang bisa mengairi lahan-lahan di dusun.
Satu-satunya sumber mata air dusun ini selain air hujan adalah dari Coban
Glodak yang terdapat jauh dari rumah bu Saimah. Jarak yang cukup jauh inilah
yang menyebabkan HIPPA sulit dibangun di dusun ini.
H. Lembaga Keuangan / Pengkreditan
Lembaga
Keuangan / Pengkreditan di dusun ini dilakukan oleh Pak Herri sendiri selaku
ketua Penghijauan . Pada awalnya keluarga bu Saimah mengikuti progam ini untuk
coba-coba. Tapi, karena pengkreditan ini menggunakan bunga yang cukup besar
tiap bulannya. Misalnya jika meminjam uang satu juta rupiah, bunga yang
dibebankan sekitar seratus lima ribu rupiah setiap bulannya dan akan bertambah
terus setiap bulannya jika tanggal pembayaran yang ditentukan mundur atau
melewati batas pembayaran.
Hal
ini, akan sangat merugikan karena hasil pertanian yang cenderung kecil ditambah
pembayaran bunga. Untuk itu keluarga bu Saimah tidak pernah menggunakan
pengkreditan lagi. Beliau selalu menggunakan modalnya sendiri dalam mengelola
usaha taninya.
I. Perubahan Sosial dalam Lembaga yang
Terkait dengan Usahatani
Perkembagan
sewa-menyewa lahan dan bagi hasil (maro, mertelu dan mrapat) tidak diketaui bu
Saimah dengan pasti karena bu Saimah tidak pernah melakukan sistem bagi hasil
yang cenderung merugikan. Lembaga penyedia sarana produksi pertanian dilakukan
oleh ketua penghijauan sendiri. Cara pengadaan tenaga kerja untuk usaha tani
dengan sistem setengah hari. Sistem gotong royong atau saling membantu yang
disebut sayan tidak terdapat lagi disni “jika membutuhkan tenaga kerja maka
harus dibayar dengan uang” kata bu Saimah berulang kali.
Pemasaran
hasil pertanian dilakukan oleh bu Saimah sendiri sehingga beliau tidak
membutuhkan lembaga pengolahan lahan dan pemasaran. Perkembangan kelompok tani
samakin maju karena bibit , pupuk, pestisida dapat diperoleh disini dengan
mudah.
Demikanlah hasil wawancara yang
saya lakukan di dusun Bedali Ledok dengan seorang wanita yang menyebut dirinya
adalah pedagang bunga mawar. Beliau berumur 50 tahun, sangat ramah dan nyaman
diajak komunikasi. Meskipun beberapa pertanyaan saya tidak terjawab karena
keterbatasan pengetetahuan beliau sebagai petani. Petani adalah pekerjaan
sampingan beliau sedangkan suaminya (53) bapak Ngadi pekerjaan utamanya sebagai
petani.